Jumat, 06 Maret 2020

Pilihan atau Keharusan?

Beberapa hari lalu saya ngobrol dengan seorang teman perempuan mengenai perempuan, pernikahan dan fitrah wanita. Obrolan kami lewat chatting. Menurut saya pendapat teman saya itu menarik. Entah itu hanya pengetahuannya yang dia sampaikan pada saya atau memang seperti itu kesadaran dalam hatinya, yang jelas menurut saya pernyataannya bagus, baik dan benar.

Dia mengatakan bahwa dengan bahasanya yang campur aduk, seperti bahasa saya, "menikah wi lak bagi perempuan menurutku harus ikhlas menyudahi semua keinginan dunianya walaupun sek bisa dikejar setelah menikah." Dia memperjelas, "dia sebenarnya bisa juga menyamai kedudukan laki-laki tapi kembali ke fitrah seorang perempuan yang harus ikut suaminya. Padahal perempuan bisa mengejar apa yg diinginkan tp dia memilih tunduk sama suaminya setelah menikah."

Saya bertanya pada teman saya itu, apakah hal itu baginya adalah pilihan atau keharusan? Jawaban awalnya kurang memuaskan. "keharusan kalau dalam islam, pilihan kalau dalam sisi dunia." Kemudian saya perjelas dengan imajinasi jika suatu saat nanti dia berposisi tidak boleh bekerja oleh suaminya. 

Dia menjawab dengan jujur menurut saya, sesuai keinginannya pribadi yang bergelut dengan keharusan bagi perempuan yang dia yakini. "Kalau aku pribadi lebih milih kerja sebenernya tp lak suami nggak mengizinkan lebih baik berhenti kerja di rumah aja asal ada kesibukan di rumah selain ngurus keluarga jadi ya kayak kerja sampingan di rumah."

Malang, 6 Maret 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar