Kamis, 17 Oktober 2019

Menjaga Diri

Rumah beliau dari halaman depannya sudah kelihatan menarik. Terkesan klasik, saya terbayang film "origin wolverine", entah apa hubungannya. Masuk ke ruang tamu ternyata lebih menarik, dengan rak yang berisi beberapa bungkus kopi dan rak yang berisi buku. Ada juga entah lampu atau ublik yang berkobar di tempel di tembok. Bentuknya lampu dalamnya seperti apa yang berkobar.

Namanya Pak Mamad. Beliau bercerita tentang sedikit perjalanan hidupnya, kuliah di malang, kenal maiyah, pergaulannya dengan buku slilit sang kiai dan sedang Tuhan cemburu dan lain-lain. Beliau baru dua tahun menetap di banyakan, kediri. Oh iya, beliau cerita bahwa istrinya seorang editor novel dan buku puisi. Salah satu buku yang di editori istrinya yang ditunjukkan adalah novel "hati suhita" karya Khilma Anis. Ada teman saya yang ngidam novel tersebut.

Bukan buku atau ruangan pak Mamad yang mau saya omongkan. Tapi filosofi Qurais Shihab yang di paparkan oleh Pak Mamad di tengah obrolan ngalor ngidul di komunitas sanggar kedirian. Sambil ngantuk-ngantuk saya mendengarkan obrolan tiba-tiba filosofi yang dipaparkan Pak Mamad menarik perhatian saya.

Secara garis besar dan seingat saya filosofinya begini. Ada orang yang ingin mengubah dunia, dia terus berjuang dan seiring berjalannya waktu dia sadar bahwa dia tidak mampu kemudian dia menurunkan standar lingkup perjuangannya untuk mengubah negaranya. Dia terus berjuang dan seiring berjalannya waktu dia sadar bahwa dia tidak mampu dan menurunkan standarnya lagi ke wilayah yang lebih sempit, mungkin kotanya. Begitu sama seterusnya dan standarnya terus dia turunkan karena dia sadar bahwa dia tidak mampu, sampai pada akhirnya standarnya sampai pada mengubah dirinya sendiri.

Saya pernah dengar, bahwa Allah tidak membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya. Apa ya ayatnya? Mungkin lain kali bisa di bahas lebih jelas. Ini bukan skripsi yang reverensinya harus jelas, ilmiah dan lain-lain. Di ayat lain Allah juga mengatakan Quu anfusakum wa ahlikum naaro. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Qs. At Tahrim ayat 6. Quu berarti fi'il amr atau kalimat perintah yang berarti jagalah atau peliharalah. Apa yang dipelihara? Anfusakum wa ahlikum, dirimu dan keluargamu. Naaro, dari api neraka.

Allah memerintahkan manusia untuk menjaga agar terhindar dari api neraka dengan mendahulukan diri sendiri sebagai medan juangnya, baru kemudian keluarga. Mungkin jika di pelajari tafsirnya lebih detail bisa muncul beragam pemahaman. Yang dimaksud ahlikum apa? Keluarga sedarah atau apa? Bagaimana upaya quu yang harus dilakukan? Tp yang jelas wilayah anfusakum di dahulukan di sebut dari pada ahlikum.

Semisal seorang guru. Apa bisa dia menyebarkan ilmu, mengajar suatu hal atau bidang tertentu sebelum dia mempelajari dan memahami terlebih dahulu apa yang akan kita ajarkan? Saya rasa tidak?
Wallahu a'lam

Dawung, 17 Oktober 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar